IQNA

Tokoh-Tokoh Alquran/ 3

Nabi Adam (as); Maksum Atau Pendosa?

13:58 - July 12, 2022
Berita ID: 3477033
TEHERAN (IQNA) - Dalam Islam, dinyatakan bahwa semua nabi adalah maksum dan terjaga dari segala jenis dosa dan kesalahan. Jika demikian, apa arti ketidakpatuhan Adam terhadap perintah Allah dan bagaimana hal itu dapat dibenarkan?

Setelah penciptaan Adam dan Hawa, mereka menetap di surga atas kehendak Allah. Allah menyuruh mereka untuk makan di sana dari nikmat apa pun yang diinginkan, tetapi jangan mendekati pohon terlarang. Tetapi iblis menipu mereka dan mereka memakan buah dari pohon terlarang itu dan karena ketidakpatuhan ini, mereka diusir dari surga dan hidup di bumi.

Alquran telah mengungkapkan ketidakpatuhan Adam (as) sebagai "Ishyan":

وَعَصَىٰ آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَىٰ

“Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia”. (QS. Taha: 121)

Adam (as) adalah nabi pertama dan menurut kepercayaan Syiah, para nabi terjaga dari segala jenis dosa dan kesalahan. Jadi apa yang dimaksud dengan ketidakpatuhan Adam dan bagaimana hal itu dapat dibenarkan? Dalam tafsir Syiah, lima pandangan telah dikemukakan dalam hal ini:

1- Kesalahan dan kekeliruan yang disebutkan dari para nabi seperti Adam (as), Yusuf (as), Yunus (as) dll, adalah "Tarkul Aula" dan tidak dianggap dosa. "Ishyan" berarti ketidakpatuhan, dan itu tidak berarti meninggalkan kewajiban atau melakukan yang dilarang, tetapi bisa berarti meninggalkan mustahab atau melakukan makruh. Oleh karena itu, kemaksiatan Adam (as) bukanlah jenis kemaksiatan yang dilarang, tetapi itu adalah perbuatan yang makruh, dan karena maqom para nabi sangat tinggi di mata Allah, mereka bahkan tidak diharapkan untuk melakukan hal yang makruh, dan jika mereka melakukan tindakan seperti itu, Allah akan bersikap keras terhadap mereka dan menghukum mereka. Tidak pantas bagi orang-orang tertentu untuk melakukan beberapa tindakan, tetapi jika orang biasa melakukannya, itu bukan dosa dan tidak ada hukuman.

2- Beberapa orang percaya bahwa larangan Allah untuk memakan buah dari pohon tertentu semata-mata untuk tujuan membuat Adam (as) mengerti akan efek alaminya. Seperti perintah dokter kepada pasien, melanggar perintah itu, meskipun tidak ada hukuman ukhrawi, menyebabkan lebih banyak penderitaan dan rasa sakit bagi pasien. Demikian juga disebutkan dalam Alquran bahwa Allah memperingatkan Adam (as):

فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَىٰ

“Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka”. (QS. Taha: 117)

3- Beberapa mufassir juga mengatakan bahwa larangan memakan buah terlarang bukanlah perintah atau kewajiban, tetapi hanya anjuran; artinya adalah suatu perbuatan mustahab atau sunah bahwa dengan meninggalkannya, dia hanya menghilangkan pahala yang lebih banyak dari dirinya.

4- Beberapa orang mengatakan bahwa kisah Adam (as) dan ketidakpatuhannya adalah cerita simbolis dan alegori di mana pribadi Adam (as) tidak disebutkan dan dia sebenarnya adalah simbol manusia dalam cerita ini.

5- Beberapa mufassir juga mengutip hadis dan mengatakan bahwa ketidakpatuhan Adam (as) sebelum pengutusannya dan tidak bertentangan dengan kenabiannya. (HRY)

captcha