IQNA

Wawancara IQNA dengan Dhiya’i:

Ketakutan Barat terhadap Mazhabisme; Dalil Pensensoran Media terhadap Pembunuhan Muslim; Peran CIA dalam Penciptaan ISIS

7:16 - February 23, 2015
Berita ID: 2885729
IRAN (IQNA) - Amerika karena intensitas suku, agama dan mazhab lebih rentan ketimbang negara-negara lainnya di ambang bahaya hama sektarianisme dan perang agama, karena inilah topik pembunuhan muslim tidak terlalu menjadi perhatian media-media barat.

Ali Akbar Dhiya’i, Konsultan Kebudayaan Negara Iran di Malaysia dan para ahli masalah internasional Islam saat wawancara dengan IQNA, dengan menegaskan hal ini mengatakan, “Data-data menunjukkan bahwa dendam anti muslim di Amerika sudah terprogram dan terbimbing dan sedang berkembang dan agenda ini sudah dijalankan sejak masa munculnya kebangkitan Islam di bawah pengaruh Revolusi Islam dan politik pokok anti imperialisme Imam Khomeini (ra) dan prioritasnya kebebasan Palestina dari para penjajah Zionis dan dengan tumbangnya pemerintahan otokratis Arab dan membahayakan kemaslahatan Amerika dan Barat di Timur Tengah.
“Kesimpulannya operasional psikologis ini terbimbing oleh imperialis, yang dendam terhadap muslim imigran di Amerika dan terbunuhnya tiga mahasiswa muslim di Amerika dalam kondisi psikolog ini dan beracun,” tambahnya.

Media Amerika Tidak Memberitakan Pembunuhan Muslim Dikarenakan Takut Sektarianisme
Dhiya’i dengan mengsiyaratkan pentutupan berita ini oleh media-media Barat menegaskan, Amerika, yang merupakan faktor utama penggerak pemikiran umum anti Islam dan kaum muslim dalam selama bertahun-tahun yang silam karena intensitas suku, agama dan mazhab lebih rentan dan jika kerentanan agama dan suku ini berubah menjadi percekcokan, dengan demikian maka akan menyaksikan perang-perang internal Amerika, sebagaimana abad kesembilan belas, namun kali ini bukan karena penguasaan tanah, namun karena motivasi agama dan suku akan semakin meningkat.
Dengan demikian, negara ini yang terdiri dari ratusan suku, agama dan ras, berada dalam bahaya sektarianisme dan perang-perang agama dan bahkan etnis melebihi negara-negara lainnya, karena inilah topik pembunuhan tiga mahasiswa muslim dalam media-media Amerika tidak terlalu mendapatkan perhatian.

Dampak Pembuhunan Muslim terhadap Para Ekstrem Agama
Konsultan Kebudayaan negara Iran di Malaysia dalam menjawab pertanyaan apakah kejahatan-kejahatan semacam ini menunjukkan kuatnya proses Islamfobia di Barat? dia menjawab: kejahatan-kejahatan semacam ini akan memberikan dampak-dampak negatifnya terhadap para ekstrem agama di Barat dan akan menyebabkan mereka mengizinkan dirinya untuk tidak mengindahkan hak-hak warga muslim dan akan berlindung pada proses Islamfobia dan hasilnya adalah merebaknya radikalisme di negara-negara Barat.

Masyarakat Amerika Mengetahui Peran CIA dalam Menciptakan ISIS
Dia  yang meyakini bahwa gerakan-gerakan semacam ini dalam mereaksi kejahatan-kejahatan ISIS menegaskan, pemikiran umum Amerika tertipu sekali dalam peristiwa campur tangan Irak guna membersihkan senjata massal dan sebelum itu juga tertipu provokasi-provokasi media di Afganistan; karena pada waktu itu, para politikus Amerika dengan mendidik pasukan teroris al-Qaidah di perbatasan-perbatasan Pakistan dan Afganistan juga sekolah-sekolah agama Pakistan dengan pemikiran umumnya beranggapan bahwa dalam rangka mengurangi pengaruh Soviet di Afganistan dan persatuan republik Soviet merupakan bahaya yang ril untuk kemaslahatan-kemaslahatan Amerika dalam tingkat dunia, dengan demikian organisasi dan kelompok teroris al-Qaidah bergerak dalam rangka kemaslahatan-kemaslahatan Amerika. Masyarakat Amerika dan Barat juga tertipu dengan media-media, tidak mungkin hati nurani kebangkitan bangsa seperti masyarakat Amerika tidak mengetahui identitas ISIS dan peran CIA dalam menciptakannya.

Perealisasian Persatuan Sejati untuk Melawan Islamfobia
Dhiya’i menjelaskan, kewajiban kaum muslimin khususnya para ulama muslim di hadapan tindakan-tindakan semacam ini dan mengatakan, ulama muslim terlebih dahulu sampai kepada persatuan sejati, bukan bentuk dan slogan, akan tetapi pengetahuan, komunikasi, pujian dan pengakuan.
Ma’rifah adalah bahwa dalam referensi-referensi pelajaran, para pelajar sendiri berupaya mengenalkan gerakan-gerakan pemikiran, mazhab dan sekte agama berdasarkan referensi-referensi sekte tersebut, bukan dendam dan para ekstrem, dan ini adalah langkah ma’rifah dan pengenalan sejati, bukan berdasarkan kecintaan dan kebencian serta dendam pada ma’rifah ini.
Pakar ahli masalah internasional Islam melanjutkan, tahap kedua adalah ta'aruf (mengenal satu sama lain), yakni perundingan, pembahasan dan dialog dengan selainnya dalam naungan ma’rifat sejati, karena jika tahap pertama dilakukan secara tidak sempurna dan pengetahuan kita terhadap selainnya berdasarkan kebencian mazhabisme, maka kita tidak akan memiliki dialog membangun dengan selainnya dan tahap ketiga adalah mengakui dengan selainnya, yakni kita menerima bahwa gerakan-gerakan pemikiran Islam lainya juga dalam dunia sekarang ini ada dan mereka juga memiliki pokok dan dasar-dasar pemikiran dan bisa jadi dalam sebagian masalah memiliki perselisihan dengan mereka, sebagaimana yang ada di periode awal Islam juga terjadi perselisihan antar sahabat, tabiin dan para pembesar agama dan menurut riwayat yang masyhur dinukilkan dari Rasulullah Saw, “Ikhtilaf umat adalah rahmat.”
“Jika tiga tahap ini tidak dilakukan secara berurutan dan dengan kadar ilmiahnya maka persatuan sejati antar mazhab-mazhab dan aliran-aliran Islam serta para pendukung gerakan takfiri dan kelompok-kelompok ideologi tidak akan terbentuk.
Menurut saya, kita melakukan sebaliknya, yakni berdasarkan sebuah tekat dan katalog kita mengakui sebuah mazhab, yakni pertama-tama kita memulainya dari tahap ketiga, setelah itu kita mencari dialog dengan mazhab tersebut, yakni tahap kedua dan pada akhirnya kami meminta dari dialog ini supaya kita mengenal realita dari mazhab dan pemikiran para pengikutnya, yakni tahap pertama.
Ini adalah kesalahan stategi kita dalam ranah interaksi dengan mazhab dan gerakan-gerakan pemikiran Islam. Jika kesepakatan dan persatuan semacam ini tidak dibentuk dalam ranah pengetahuan membangun di kalangan umat muslim, maka musuh bebuyutan kita tidak akan tinggal diam dan setiap kesempatan akan digunakan untuk menciptakan konflik, Islamfobia dan propaganda-propaganda negatif anti muslim dan kita tidak dapat menciptakan fraksi persatuan melawan para musuh Islam.

Penolakan Media Sekteraniarisme untuk Melawan Islamfobia di Barat
Ali Akbar Dhiya’i menjelaskan tanggung jawab media-media Islam dalam kondisi semacam ini dan menegaskan, prioritas utama menolak media-media sekteraniarisme kedua sekte dan dengan menyingkap komunikasi mereka dengan kolonialis dan media-media Zionis kita meminta kaum muslimin dunia, yang menurut ucapan mereka tidak mendengarkan dan mengetahui bahwa ekstremisme dilakukan keluar dari moderasi Islam dan agama Islam berpondasikan esensi moderasi dan bahkan ekstremisme dan kelalaian dalam kehidupan duniawi merupakan hal yang dicela.
Dhiya’i menjelaskan, Rahbar dalam pesannya kepada para mahasiswa Amerika dan Eropa meminta mereka supaya mengenal masa mudanya, masa muda adalah periode kehidupan manusia, dimana fitrahnya belum belok dan belum banyak tercemari dengan keburukan dan cahaya Ilahi dengan gampang akan dapat dicari dan kembali kepada fitrah ini merupakan modal mendasar pengetahuan tauhid dan gerak pokok para nabi Ilahi dan para Imam suci (As) dan jika gerakan pokok dan mendasar ini terealisasi di kalangan para remaja Kristiani, Yahudi, Buddha, Hindu dan selainnya, kita akan menyaksikan bahwa perselisihan itu tidak ada di kalangan para generasi anak-anak manusia dan mereka akan menemukan jalan cahaya tersebut, yaitu wilayah Ahlulbait (As).
Dituturkan dalam ziarah Imam Husein (As): Saya bersakti bahwa sesungguhnya engkau adalah cahaya di tulang-tulang punggung ayah yang agung dan rahim-rahim suci yang tidak ternodai oleh kondisi masa jahiliah yang kekotorannya tidak mencemarimu...”

Dengan mengulang Pesan Rahbar Tidak Akan Bisa Melawan gelombang Media Barat
Dia mengatakan, saya menulis dalam sebuah makalah guna menjelaskan perspektif pesan Rahbar terkait pesan ini, dimana petuah Rahbar kepada para remaja mengikuti Imam Shadiq (As), yang berbicara kepada para remaja, “Wahai para pemuda! bertaqwalah kepada Allah dan janganlah kalian mendatangi para pemimpin kalian, lepaskanlah mereka sampai mereka terlepas dari kepemimpinan. Janganlah kalian jadikan para lelaki (tokoh-tokoh terkemuka) sebagai tempat mencurahkan rahasia kecuali Allah. Demi Allah! Saya buat kalian lebih baik ketimbang mereka.
Kemudian dengan tangan beliau menepuk dadanya, yakni janganlah kalian mengikuti para pemimpin lalim, kecuali hanya kami. Sebagaimana yang terlihat, Imam Shadiq (As) setelah mengajak para remaja untuk tidak menerima para pemimpin duniawi yakni para adikuasa pencari kekuasaan dan beliau menepuk dadanya dan berkata, “Demi Allah! Saya lebih baik buat kalian ketimbang mereka.” Ini adalah kembali kepada esensi dan dzat cahaya Ahlulbait (As) dimana dengan kembali kepada fitrah dan menghapus karat dari hati dapat terealisasi dari hati dan ketaqwaan Ilahi dan cahaya syariat Muhammadi serta ajaran-ajaran Ahlulbait (As).
Dhiya’i di penghujung mengingatkan, media-media negara Islam seperti Republik Islam Iran hanya dengan mengulang-ulang pesan Rahbar dan melaksanakan beberapa wawancara tidak akan dapat melawan gelombang media Barat ini; namun harus memprogram jarak dalam jangka panjang dan dengan menggunakan bashirah dan petuah-petuah Rahbar untuk menjelaskan dan melawan kebijakan-kebijakan  penentangan Barat di negara-negara Islam dan perubahan peran dunia Islam dengan bimbingan Zionisme menjadi satu peta jalan.

2881342

tanda nama: Wawancara
captcha